Berita – berita tentang ketidakadilan
di negeri ini membuat saya merasa miris, bagaimana mungkin negara yang katany
adil makmur dan sangat menujunjung tinggi nilai persatuan harus seperti ini. Kenyataan
yang membuat saya sedih. Ketika saya coba menuangkan uneg – uneg saya di media social
teman – teman saya malah menanggapi dengan dingin dan mentertawakan saya “ngapain kamu berkoar- koar apa yang bisa kamu lakukan
untuk mengubah negeri ini, kita ini rakyat jelata, negeri ini punya mereka yang
berkuasa merekalah yang bisa merubahnya”. Saya hanya menarik nafas, perasaan
marah dan sedih bercampur menjadi satu marah karena mereka terlalu pesimis
kepada diri mereka sendiri dan sedih karena ucapan mereka juga ada benarnya
saya hanyalah manusia biasa, manusia kecil yang tidak punya kekuasaan apa –
apa.
Saya coba merenungkan salah saya
apa? Apakah karena saya manusia biasa saya tidak boleh menunangkan uneg – uneg saya,
mengkritik kesemerawutan bangsa ini dan memiliki impian untuk kesejahteraannya?
Bukankah semua warga negara berhak memilikinya, apa keluh kesah, impian serta
kesejahteraan hanya milik mereka – mereka yang berkuasa yang memiliki pundi –
pundi rupiah saja?
Saya ingin bersikap apatis, diam
dan tak ingin berkomentar apa – apa seperti yang mereka sarankan. Tapi apakah hati saya bisa diam hanya karena saya masih
bisa menyuap nasi dengan tangan saya dan meminum air dengan sepuasnya .sementara mata dan telinga saya membaca, melihat, dan mendengar saat daerah saya direnggut sumber daya alamnya
secara habis – habisan kemudian meninggalkan lubang – lubang dan kolam yang
merenggut beberapa nyawa anak kecil ditempat saya? menyisakan bencana alam karena
hutannya yang sudah gundul, atau saya harus diam ketika teman – teman sejawat
saya yang kerja di daerah pedalaman dan perbatasan untuk membantu kesehatan masyarakat
menerima upah dan fasilitas hidup yang
tidak sesuai, atau saya harus diam ketika melihat maling sandal jepit di hukum seberat-beratnya
sedangkan sang koruptor hidup berkeliaran dengan bebas dan bahkan bisa
mencalonkan diri lagi menjadi pejabat dinegeri ini, sementara kaum miskin harus
rela berjuang mati – matian mencari sesuap nasi dan bahkan saling tikam -
menikam hanya gara- gara masalah perut. Bagaimana
hati saya tidak bicara, jangankan saya, anak SD yang sudah belajar mata
pelajaran ppkn pun mungkin mengelus dada melihat ketimpangan ini.
Saya jadi teringat kata Bung
Karno “Perjuanganku lebih mudah karena megusir penjajah, tapi perjuanganmu
lebih sulit karena melawan bangsamu
sendiri” bahkan bang iwan fals pun berkata “kalau cinta sudah dibuang, jangan
harap keadilan akan datang, kesedihan hanya tontonan, bagi mereka yang
diperkuda jabatan”
Kita tidak perlu menunggu untuk
menjadi Bupati, Gubernur, Anggota dewan, Menteri atau presiden untuk mengubah negeri ini
menjadi yang lebih baik, katakan dan lakukanlah hal kecil yang kau bisa meski
mungkin suara kita tidak didengarkan atau tindakkan kita tidak dilihat. Tetaplah
berjuang jangan putus asa sebab kita juga memiliki hak yang sama untuk merasa
sejahtera dinegara yang kita pijak ini. Lakukan yang terbaik perangi kebathilan,
tidak ada yang mustahil bagi Nya karena hanya DIA lah yang bisa mengubah yang tidak mungkin menjadi mungkin. Optimis
roda hidup manusia selalu berputar akan selalu ada jalan untuk orang – orang yang
punya niat baik dan memiliki tekad yang kuat.